Strategi Pengembangan Pasar
Tradisional
Penelitian ini merupakan penelitian
survey, menurut Kerlinger (Sugiyono,1999) penelitian survey adalah penelitian
yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari
adalah data dari sample yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan
kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan-hubungan antar variable.
Studi ini termasuk jenis penelitian
penjelasan (explanatory research), penelitian konfirmatori (confirmatory
research) atau disebut juga penelitian hipotesis, yaitu
menjelaskan pengaruh antar variabel atau hubungan kausal antar
variabel-variabel melalui pengujian hipotesis (Sugiyono, 2005). Studi ini juga
disebut jenis penelitian persepsional (perception research) yaitu
jenis penelitian yang datanya dapat diperoleh melalui persepsi yang diberikan
oleh responden, melalui serangkaian pertanyaan yang harus dijawab berdasarkan
item item yang tersedia di dalam kuisioner yang telah dirancang oleh peneliti
untuk ditanyakan kepada responden yang bersangkutan.
Unit analisis dalam penelitian ini
adalah pedagang pasar tradisional,pembeli dan masyarakat. yang selanjutnya
disebut responden, sehingga studi ini juga disebut jenis penelitian
persepsional (perception research) yaitu jenis penelitian yang
datanya dapat diperoleh melalui persepsi yang diberikan oleh responden, melalui
serangkaian pertanyaan yang harus dijawab berdasarkan item item yang tersedia
di dalam kuisioner yang telah dirancang dan dijadikan sebagai acuan untuk
wawancara oleh tim survey kepada responden .
Adapun pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan kebijakan , pendekatan lingkungan, dan pendekatan ekonomi.Pendekatan
kebijakan digunakan untuk mencermati kebijakan-kebijakan yang terkait dengan
pembangunan kembali pasar tradisional. Sedangkan pendekatan ekonomi digunakan
untuk menilai kelayakan pembangunan kembali pasar Tradisional ditinjau dari
aspek bentuk atau sifat investasi, pasar serta manajemen. Adapun pendekatan
lingkungan dimanfaatkan untuk menganalisis sejauh mana pembangunan kembali
pasar Tradisional akan berdampak pada lingkungan sekitarnya dan bagaimana cara
mengantisipasi atau meminimalkan kondisi negatif yang akan muncul.
Kerangka Pikir
Adapun alur pikir kegiatan studi
kelayakan pembangunan kembali pasar Tradisional ada 3 tahapan yang dilakukan
dalam studi ini sebagai mana gambar berikut.
Secara garis besar, pelaksanaan studi
ini terdiri dari 3 tahapan yaitu :
1.Tahap Pendahuluan. Dalam tahap ini
kegiatan yang dilakukan adalah :
§
Menyiapkan kelengkapan administrasi sebelum dimulainya pekerjaan antara
lain pengurusan surat tugas dan koordinasi dengan pihak-pihak yang terkait;
§
Mengumpulkan literatur yang berupa buku-buku, buku petunjuk atau tata
cara, peraturan, kebijakan yang terkait, hasil-hasil studi sejenis yang
pernah dilakukan serta dokumen-dokumen yang berisi kebijakan pembangunan
didaerah studi;
§
Menyusun metodologi dan rencana kerja pelaksanaan studi.
2.Tahap Analisa Kelayakan
yang meliputi :
§
Pekerjaan pengumpulan data sekunder yaitu mengumpulkan data atau hal-hal
yang terkait yang telah ada yang dipergunakan sebagai pendukung pelaksanaan
pekerjaan ini.
§
Pekerjaan pengumpulan data primer.
§
Pekerjaan analisa kelayakan pembangunan kembali pasar tradisional.
3.Tahap Rekomendasi yang meliputi
:
§
Rekomendasi Kebijakan
§
Rekomendasi Teknis
§
Rekomendasi Ekonomi
§
Rekomendasi sistem operasional dan pengelolaan pasar tradisional
§
Rekomendasi konsep model investasi pembangunan pasar tradisional.
Variabel dan Indikator
Variabel dan indikator yang digunakan
dalam studi ini dikelompokkan berdasarkan jenis analisis kelayakan yang
digunakan, yaitu :
1). Analisis kelayakan pasar, dengan
variabel permintaan dan penawaran saat ini dan yang
akan datang, harga jual daging, target
pasar, kendala pemasaran, distribusi pemasaran, daerah pemasaran dan
prospek pasar tradisional.
2). Analisis kelayakan teknis,
yang meliputi variabel lokasi usaha, kondisi tapak,fasilitas dan utilitas umum,
perkiraan biaya,gambar pra dan rencana spesifikasi.
3). Analisis kelayakan finansial,
dengan variabel jumlah/kebutuhan investasi untuk pembangunan,sumber
pendanaan,dan proyeksi pembiayaan.
4). Analisis kelayakan lingkungan
meliputi aspek-aspek kedekatan dengan pemukiman penduduk, jalur transportasi,
dan tempat pembuangan limbah.
Kebutuhan Dan Sumber Data
Data yang dibutuhkan terdiri dari data
primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung dari nara sumber yang
antara terdiri dari atas pedagang, pembeli dan masyarakat.Sedangkan
data sekunder diperoleh melalui bahan
publikasi yang diterbitkan oleh instansi terkait dan berhubungan langsung
dengan studi ini.
Teknik Pengumpulan dan Pengolahan
Data
Studi ini dibagi dalam dua tahap
pengumpulan data. Tahap pertama di fokuskan kepada aktivitas desk research yang
meliputi telaah pustaka dan pencarian data sekunder. Tahap kedua akan
memfokuskan pada pencirian data primer melalui wawancara mendalam (indepth
interview) dengan nara sumber terpilih baik dari kalangan
pedagang,pembeli,maupun masyarakat dengan metode random sampling.
Adapun teknik pengolahan data didasarkan kepada aspek-aspek analisis kelayakan
yang antara lain meliputi :
1). Aspek Kelayakan Pasar, dengan teknik
analisis trend terhadap variabel terpilih. Analisis ini
memberikan arahan tentang volume permintaan dan penawaran daging sekarang dan
masa yang akan datang.
2). Aspek Kelayakan Teknis, melalui
teknik analisis deskriptif terhadap variabel-variabel yang telah ditentukan.
3). Aspek Kelayakan Finansial,
melalui Net Present Value (NPV), Internal Rate of
Returns(IRR) dan Net Benefit Cost Ratio.
4). Aspek Kelayakan Lingkungan
diterapkan secara deskriptif untuk mengetahui dan mengukur kemanfaatan dan
kerugian yang diprediksi akan muncul dengan adanya fasilitas pemotongan hewan
di sekitar bangunan RPH.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan dalam
studi ini adalah :
1). Teknik Analisis Deskriptif yang
meliputi,
§
Kecenderungan (trend) produksi;
§
Potensi pemasaran;
§
Pendapatan per kapita masyarakat dan perkembangan penduduk;
§
Dampak lingkungan.
§
Aksesibilitas
2). Teknik Analisis Kelayakan Teknis,
yang mencakup :
§
Analisis lokasi;
§
Analisis kondisi tapak
§
Analisis fasilitas dan Utilitas umum.
§
Perkiraan Biaya Pembangunan Fisik
§
Gambar Pra Rencana
§
Rencana spesifikasi pasar Tradisional
3). Teknik Analisis Kelayakan
finansial
(1). Teknik Analisis NPV
Teknik analisis NPV sangat bermanfaat
untuk menilai kelayakan suatu proyek dengan menghitung nilai penerimaan
sekarang dan yang akan datang. Penilaian proyek dilakukan dengan mengukur
prospek penerimaan sekarang atas sejumlah dana dengan mempertimbangkan
penerimaan di masa yang akan datang. Apabila dari hasil perhitungan,NPV
bernilai positif maka rencana proyek layak untuk dilanjutkan,demikian pula
sebaliknya.
(2). Teknik Analisis Internal
Rate of Returns (IRR)
Tingkat hasil pengembalian internal
didefinisikan sebagai suku bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas
yang diharapkan atau penerimaan kas, dengan pengeluaran investasi awal.
Analisis IRR adalah proses penghitungan suatu tingkat discount
rate yang menghasilkan NPV sama dengan 0 (nol).
Jika IRR lebih besar daripada CoC (Cost
of Capital) maka proyek tersebut layak untuk diteruskan, sedangkan
apabila IRR lebih kecil atau sama dengan CoC maka proyek tersebut sebaiknya
dihentikan.
(3). Teknik Analisis Net Benefit
Cost Ratio
Teknik analisis Net B-C
Ratio digunakan untuk membandingkan antara keuntungan bersih yang
telah di discount positif dengan net benefit yang telah
di discount negatif.Jika nilai Net B/C lebih besar dari 1
(satu) maka proyek tersebut layak untuk dikerjakan sebaliknya jika Net B/C
kurang dari 1 (satu) berarti proyek tersebut tidak layak untuk diteruskan.
Pengembangan Central Business
District (CBD)
Dalam pengertian Rencana Tata Ruang dan
Wilayah, CBD adalah wilayah yang melayani perdagangan dengan skala pelayanan
regional dan kota/Kabupaten.
Gambar .
Penguatan Kekhasan Central Business district
(Sumber:
Roturua Central Business District Retail Strategy)
Pengembangan CBD adalah
mengembangkan upaya untuk mendorong agar masing – masing CBD mampu menampilkan
keunikan dan karakteristik yang dimiliki sebagai salah satu daya tarik bagi
pedagang maupun pembeli. Beberapa upaya yang bisa dilakukan adalah:
§
Memantapkan keunikan dan kekhasan CBD (themes& cluster);
Oleh sebab itu, pengelompokkan kawasan
atau CBD berdasarkan aktifitas perdagangan yang unik harus terus didorong.
Walaupun begitu, pengelompokkan ini harus tetap fleksibel dengan berorientasi
pada kepentingan pelaku usaha. Pendekatan waktu sebagai identifikasi kegiatan
perdagangan seperti: Pasar Kliwon atau Pasar Minggu bisa menjadi salah satu
keunikan yang bermanfaat terutama dalam menarik minat pelancong dari luar kota.
Sesungguhnya Kota ataupun Kabupaten telah memiliki banyak pasar
dengan tema yang kuat tetapi belum branded, terutama untuk jenis pasar
tradisional.
§
Pemberian atribut yang mencerminkan kekhasan CBD;
Secara kasat mata (tangible) penempatan
karya seni atau ikon yang mencerminkan CBD, memberikan cat yang unik dan
menarik, banner atau dekorasi lain yang sesuai akan semakin menarik minat
pengunjung terutama wisatawan ke kawasan perdagangan.
§
Jaminan keamanan dan kebersihan;
Jaminan keamanan dan kebersihan hingga
kerapian di kawasan perdagangan adalah tuntutan konsumen di masa depan. Kelemahan
pasar tradisional yang selama ini sulit dicarikan solusi adalah
ketidakteraturan dan joroknya lingkungan di pasar tradisional. Pemerintah harus
berani menjamin bahwa ketidaknyaman yang disebabkan ketidakbersihan lingkungan
dan ketidakamanan. Jaminan keamanan dan kebersihan lingkungan di CBD adalah
satu hal yang sangat vital terutama bila mengharapkan masuknya pelancong dari
luar negeri.
§
Menjamin konsistensi dan keseragaman waktu pelayanan;
Kepastian waktu pelayanan menjadi faktor
yang penting terutama bila pengembangan perdagangan memiliki linkage dengan
upaya mendorong tumbuhnya industri pariwisata domestik dan mancanegara.
§
Memfasilitas perdagangan di malam hari (night – time economy);
Jika di dalam kawasan perdagangan
tersebut juga menjadi basis ekonomi di malam hari (night – time economy)
maka kegiatan perdagangan di malam hari tersebut pun mesti difasilitasi dan
didorong agar mampu tumbuh dengan baik. Akfititas perdagangan di Pasar Keputran
adalah salah satu contoh kegiatan perdagangan yang intensif terjadi di malam
hari dan akan berakhir di siang hari. Aktifitas pedagang kaki lima terutama
pada kelompok usaha makanan dan minuman banyak bergerak di malam hari dan
menjadi salah satu tempat tujuan ”wisata kuliner”. Hanya saja, problem
kesemrawutan adalah dampak negatif dari aktifitas pedagang kaki lima. Promosi
dan infrastruktur transportasi harus mendukung kegiatan perdagangan di malam
hari tersebut.
§
Berpedoman pada pengembangan yang berkelanjutan;
Agar aura kawasan perdagangan tetap
memiliki daya tarik terutama bagi wisatawan, maka ide pengembangan kawasan
perdagangan harus terus digali dengan melibatkan masyarakat setempat dan
pelaku retail yang ada. Upaya untuk terus mempertahankan daya tarik kawasan
perdagangan harus seiring atau tidak berbenturan dengan upaya penguatan city
branding.
Keterkaitan antar Kawasan
Perdagangan.
Untuk menjadikan pasar tradisional
sebagai pusat perdagangan maka pasar tradisional harus memiliki banyak
fasilitas perdagangan dan perkulakan modern yang melayani penduduk dalam
kota maupun luar kota. Keberadaan kawasan – kawasan perdagangan inilah yang
mendasari adanya CBD yang didalamnya terdapat pasar, perbankan, perkantoran
modern dengan aktifitas bisnis dagang yang bersifat global dan dinamis.
Bentuk Kerjasama Pembangunan/Investasi
Model kelembagaan untuk investasi
pembangunan Pasar Tradisional , sebenarnya masih merupakan masalah
tersendiri. Alternatif sistem BOT (Built Operate Transfer) dapat menjadi
salah satu pilihan/solusi apabila terdapat kesulitan pendanaan oleh pihak
pemerintah daerah. Dalam pola tersebut, pihak swasta diundang untuk
berpartisipasi dalam proyek-proyek pemerintah/publik. Kontribusi pemerintah
dapat berbentuk non tunai misalnya dalam bentuk aset lahan. Alternatif bentuk
kelembagaan BOT antara lain adalah :
(1). Konsorsium perusahaan
swasta saja.
(2). Konsorsium perusahaan
swasta dengan perusahaan BUMN/BUMD.
(3). Konsorsium perusahaan
swasta dan pemerintah daerah.
Berkaitan dengan rencana pembangunan
kembali pasar tradisional nampaknya alternatif pertama dapat merupakan pilihan
terbaik.
Internal PASAR Tradisional:
a. Kekuatan
PASAR Tradisional:
1.
Jaringan pemasaran luas dan dekat dengan konsumen
2.
Mempunyai nilai historis
3.
Memiliki goodwill / nama baik serta telah mempelopori
usaha sejenis
4.
Kualitas produk yang dijual cukup dan selalu ditingkatkan
5.
Sarana pemasaran/ pembelanjaan baik dan mempunyai segmen pasar sendiri
A.
Jenis produk banyak/ pilihan bervariasi, 80-90 % dari kebutuhan rumah
tangga(one stop shoping)
B.
Outlet/ stand dekat dengan pemukiman
(konsumen)/lokasi strategis
C.
Kontribusi PAD ke Pemerintah meningkat
D.
Harga Murah
b. Kelemahan
Pasar Tradisional
1.
Manajemen lemah
2.
Pegawai pendidikan rendah
3.
Kinerja rendah
4.
Pengelolaan keuangan terpusat
5.
Rasio pembeli terhadap pedagang relatif kecil
6.
Image masyarakat rendah
7.
Keamanan tidak terjamin
8.
Parkir semrawut
9.
Banyaknya PKL
10.
Tidak nyaman
11.
Lampu sering mati
12.
Gedung bocor
13.
Kurang bersih
14.
Letak dagangan semrawut
15.
Hubungan UPTD dengan HPP lemah
16.
Tidak ada discount
17.
Pengamen dan pengemis banyak
18.
Kurang agresif dalam promosi
19.
Minimnya informasi dan bimbingan kepada para pedagang
Eksternal PASAR Tradisional:
a. Peluang Pasar
Tradisional
1. Proteksi pemerintah
terhadap perdagangan eceran
2. Stabilitas politik di Indonesia
dan tumbuhnya daya beli masyarakat
3. Adanya perubahan gaya hidup
masyarakat sehubungan dengan tumbuhnya tingkat perekonomian
4. Berkembangnya tempat – tempat
pemukiman penduduk (real estate) yang merupakan peluang pertumbuhan baru
atau pengembangan usaha. Perekonomian Indonesia yang semakin tumbuh
5. Laju pertumbuhan penduduk
5 % per tahun
6. Meningkatnya usia harapan hidup
b. Ancaman Pasar
Tradisional
1. Persaingan pengusaha dari dalam
dan luar negeri, sehubungan dengan kebijakan perdagangan dunia
(APEC,GATT,AFTA,ACFTA) seperti, Sogo, Mark & Spencer, Makro, Goro, Gelael,
Golden Truly, Carrefour, Giant dan sebagainya.
2. Inflasi yang tinggi akan
berpengaruh pada deprisiasi rupiah
3. Adanya kemungkinan pasar
diawang – awang ( non market place)
4. Pelanggan dalam tingkat
loyalitas switccher, yang merupakan kelemahan bagi perusahaan
5. Kenaikan tarif listrik, telpon,
BBM dan inflasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar