Kamis, 13 Desember 2012

KARANG MULYA

Desa Karang Mulya, Desa dengan Perkembangan Ekonomi yang Dashyat 
Desa Karang Mulya pada mulanya adalah Lokasi Transmigrasi dengan nama SP IV, warga pendatang yang ditransmigrankan sebagian besar berasal dari Jawa Timur seperti Madiun, Jombang, Ponorogo dan lain-lain. seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk maka pada tanggal 16 Nopember 1987 SP IV berubah menjadi Desa Karang Mulya. Kini desa yang berpenduduk lebih dari 5000 jiwa ini berkembang menjadi Ibukota Kecamatan Pangkalan Banteng, dengan mata pencaharian utama perkebunan dan perdagangan. Dua sektor ini yang mampu menggerakkan ekonomi desa dan menjadi tujuan para pendatang dari berbagai daerah untuk mengadu nasib di sini. Berkembangnya perkebunan karet dan kelapa sawit mendorong pula berkembangnya pasar desa, apalagi saat Pasar Bulanan Para karyawan perkebunan di awal dan pertengahan bulan yang tidak sedikit memberikan kontribusi pada sektor ini dengan perputaran uang  mencapai milyaran rupiah per bulan. Hal ini dikarenakan letak Desa Karang Mulya yang sangat strategis,berada ditengah-tengah jalan poros Pangkalan Bun-Sampit, diapit oleh beberapa desa transmigran lain dan berdekatan dengan areal perkebunan kelapa sawit dan karet.
Kini harga tanah di kawasan ini juga melonjak jauh melampaui harga tanah dua atau tiga tahun yang lalu, untuk ukuran 80 meter persegi di pinggiran jalan poros bisa mencapai harga 400 juta, padahal tiga tahun yang lalu hanya 30 juta untuk ukuran yang sama. Hal ini disebabkan pertumbuhan pasar yang sangat baik dengan penambahan pedagang dan kios baru 60 % per tahun. Kondisi masyarakatnya yang welcome kepada para pendatang, menciptakan suatu kondisi yang baik dan sehat untuk percepatan pertumbuhan ekonomi dan sosial kemasyarakatan. Tidak sedikit warga lokal yang sukses terbukti dari fisik bangunan yang sudah permanen, tidak lagi menggunakan papan kayu untuk dinding. Tingginya permintaan akan tempat tinggal membuat banyak orang membangun barak atau kos-kosan yang tersebar hampir di seluruh penjuru desa. Mulai barak sederhana sampai barak permanen yang mencirikan hunian kota. Beberapa developer juga sudah membangun perumahan di beberapa sudut desa, lahan pekarangan sudah disulap menjadi hunian siap tinggal atau dijual per kavling.
Dengan gambaran diatas bukan tidak mungkin dalam 4 atau 5 tahun ke depan Desa Karang Mulya akan berubah menjadi kota kecil yang sibuk dengan menjadi sentra perdagangan utama di kawasan Kotawaringin Barat. Tata kota yang baik dan berkesinambungan harus mulai diprogramkan, karena kawasan ini cuma 8 meter di atas permukaan laut, sehingga untuk kedepannya nanti masalah seperti banjir,  dapat dihindari.
PENATAAN PASAR BARU KARANG MULYA KEC.PANGKALAN BANTENG KOTAWARINGIN BARAT ANTARA TAHUN 2000 - 2012
Pasar Baru Karang Mulya yang terletak di Desa Karang Mulya Kecamatan Pangkalan Banteng Kabupaten KotaWaringin Barat adalah Pasar Swadaya. Berdiri di atas lahan milik desa (KUD) seluas 1 hektar ini dibangun sekitar tahun 1999 dengan inisiatif dan sumber dana swadaya masyarakat desa. Pembentukan Panitia Pembangunan Pasar pada awalnya terbentur oleh sistem yang tidak memihak kepada kepentingan seluruh masyarakat, tidak heran jika ada anggota Panitia Pembangunan yang mempunyai jatah kepemilikan kios lebih dari satu. Dengan fisik bangunan yang terkesan amburadul, deretan kios sudah berjejer sepanjang jalan raya P.Bun-Sampit.
Seiring dengan pertumbuhan penduduk desa yang pada awal 2000 sekitar 500 kk, ditambah tumbuhnya sektor ekonomi desa dari adanya perluasan kebun sawit dan karet (ASTRA,AGRO dll), maka pada sekitar tahun 2005 pasar yang tadinya masih berupa bangunan kosong, lambat laun mulai terisi dengan pedagang, apalagi saat itu desa Karang Mulya sudah menjadi ibukota Kecamatan Baru yaitu Pangkalan Banteng.Pihak pemerintah kabupaten memberi dukungan dengan membangun 2 los sayur dan ikan di belakang deretan depan kios pertama.Pedagang sayur dan ikan yang pagi hari banyak bertebaran di pinggir jalan oleh Pak camat saat itu (Hermon.msi) diminta untuk menempati lapak pasar yang disediakan, pada awalnya mereka tidak mau dengan alasan sepi. 
Masuknya pedagang sayur dan ikan dari Pulau Jawa dan Ibukota kabupaten semakin menambah ramainya suasana pasar,kemudian kios yang dulu kosong banyak yang sudah dipindah tangankan dengan harga lumayan murah, untuk ukuran 4 x 10 meter cukup membayar 15 juta saja. 
Untuk menertibkan pedagang sayur dan ikan yang jumlahnya makin bertambah dibentuklah Pengurus Pasar di awal tahun 2007. Tugasnya adalah menata, merawat dan melayani berbagai kebutuhan pedagang seperti air,listrik,perbaikan jalan, perbaikan sarana dan prasarana lain di dalam pasar. Pada awalnya Pengurus Pasar jilid I ini bekerja sangat baik, tetapi  karena tidak adanya kontrol yang baik dari Pemerintah Desa baik dari segi manajemen dan rekruitmen staf pengurus lambat laun hasil retribusi yang selayaknya untuk biaya operasional pasar banyak yang bocor ke saku para Pengurus. Tingginya tarif perbaikan kios, mahalnya tarikan listrik dan beban-beban lain memicu perseteruan antara para pedagang dan Pengurus Pasar.
Kemudian Pengurus Pasar jilid I dibubarkan dengan meninggalkan manajemen dan pengelolaan dana yang tidak karuan, lalu dibentuklah Pengurus Pasar jilid II sekitar akhir 2011. Pengurus Pasar jilid II ini sama sekali tidak menempatkan orang-orang profesional dibidangnya, melainkan asal comot saja. terbukti dengan semakin tidak karuannya kondisi keuangan pasar. Pasar yang tahun 2011 diperkirakan omzetnya lebih dari 15 milyar perbulan rasanya tidak menjadikan masyarakat desa mendapat keuntungan, terbukti tidak adanya setoran ke kas desa yang nantinya dapat digunakan untuk perbaikan sarana dan sarana seluruh masyarakat desa.Kenaikan Retribusi harian dan bulanan yang tidak disosialisasikan kepada pedagang terlebih dulu, banyaknya pungutan yang tidak tahu untuk apa, penyewaan jalan pasar untuk pedagang kecil yang uangnya tidak juga ada yang tahu  kemana, ongkos parkir kendaraan yang mahal semakin menambah ketidak nyamanan pengunjung pasar dan para pedagang kecil yang berpenghasilan pas-pasan.Banyak yang tidak percaya apabila tahu bahwa dengan kondisi pasar yang ramai terlebih saat Pasar bulanan para karyawan perkebunan yang tumpah ruah menyimpan banyak permasalahan yang hingga kini belum terselesaikan. Kini di akhir tahun 2012 saat pemerintah desa mengadakan hajatan ulang tahun desa dengan dana tak kurang dari 250 juta hampir tiap hari terlihat Panitia Ulang Tahun Desa hilir mudik mencari sumbangan ke sana kemari, banyak pihak termasuk saya berpendapat, apabila Pasar yang merupakan urat nadi desa dikelola dengan baik tidak akan begini jadinya, paling tidak hasil pengelolaan pasar bisa memberi masukan dana yang lumayan besar sehingga tidak membebani masyarakat dengan sumbangan-sumbangan. 
(Hasil pengamatan Penulis dan wawancara dengan berbagai sumber)